_______________________________________________________
Sumber Kajian: Kitab Nashoihul 'Ibad
Karya: Syekh Muhammad Nawawi Al-Banteniy
Dari Abu Bakar Dalaf bin Jahdar asy-Syibliy dalam
munajatnya ia berucap :
إِلَهِيْ إِنِّي أُحِبُّ اَنْ أَهَبَ لَكَ جَمِيْعَ حَسَنَاتِيْ مَعَ
فَقْرِيْ وَضُعْفِيْ فَكَيْفَ لاَ تُحِبُّ سَيِّدِيْ اَنْ تَهَبَ لِيْ جَمِيْعَ
سَيِّئَاتِيْ مَعَ غِنَاكَ مَوْلاَيَ عَنِّيْ
"Tuhanku! Sungguh aku suka menghaturkan seluruh
amal kebaikanku kepada-Mu berikut kemelaratan dan kelemahanku. Lantas bagaimana
dengan Engkau, Ya Sayyidi, Tuanku, yang
tidak suka melimpahkan kepadaku seluruh amal burukku berikut kekayaan-Mu untuk
tidak menyiksaku"
Abu Bakar Dalaf bin Jahdar asy-Syibliy lahir dan hidup di
Baghdad. Ia hidup selama 87 tahun dan wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di
Baghdad. Ia termasuk seorang 'Arif billah, bermadzhab Maliki, menjadi sahabat
Junaid al-Baghdadi, dan para ulama lain yang semasa dengannya
Yang dimaksud dengan "kemelaran" di sini
adalah sangat membutuhkan memperoleh kebaikan, sedangkan "kelemahan"
dimaksudkan dengan kelemahan sewaktu memperbanyak beribadah. Sedangkan "permohonan
agar tidak disiksa" adalah disebabkan bahwa kejelekan seorang hamba
itu sebenarnya tidak merugikan Alloh, sebagaimana kebajikan dan peribadatan
hamba sebenarnya tidak menguntungkan-Nya
Beberapa orang utama yang terhormat pernah memberiku
ijazah bacaan 3 bait syi'ir dalam bahar Wafir di bawah ini agar dibaca 7 kali
setiap selesai sholat jum'at :
إِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ
أَهْلاً * وَلاَ أَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْ
ذُنُوْبِيْ * فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
وَعَامِلْنِيْ مُعَامَلَةَ
الْكَرِيْمِ * وَثَبِّتْنِيْ عَلَى
النَّهْجِ الْقَوِيْمِ
Tuhanku, tidak pantas aku jadi penghuni surga firdaus
Namun diriku tak kuat jika disiksa di neraka jahim
Karenanya, terilamah taubatku dan ampuni dosa-dosaku
Karena Engkaulah Pengampun dosa-dosa besar
Perlakukan diriku seperti Engkau perlakukan orang mulia
Dan kokohkan kakiku untuk menapak di atas jalan yang
lurus.
Kisah Teladan
Asy-Syibliy datang, langsung saja Ibnu Mujahid memeluknya
dan mencium pada kening diantara kedua matanya. Suatu ketika perbuatan Ibnu
Mujahid tersebut ditanyakan seseorang, dan dijawabnya: "Aku pernah
bermimpi bertemu dengan Rosululloh SAW. Beliau menjemput Asy-Syibli, lantas
mencium kening diantara kedua matanya. Menyaksikan hal itu, aku bertanya kepada
beliau, kenapa beliau melakukan hal itu kepada Asy-Syibli! Sabda beliau,
"Memang, karena setiap selesai sholat fardhu dia selalu membaca ayat :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ .
"Sesungguhnya telah datang
kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mu'min. Jika mereka berpaling (dari keimanan),
maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya
kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki `Arsy yang agung".
(QS At-Taubah,[9] : 128-129).
Dilanjutkan
dengan membaca sholawat :
صَلَّى اللهُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ
"Semoga
Alloh melimpahkan rahmat ta'zhim kepadamu, wahai Rosululloh"
Selanjutnya
Ibnu Mujahid menanyakan kepada Asy-Syibli tentang apa yang dia lakukan
tersebut, dan dijawabnya, memang benar seperti itulah yang dia baca setiap
selesai sholat fardhu.