_______________________________________________________
Sumber Kajian: Kitab Nashoihul 'Ibad
Karya: Syekh Muhammad Nawawi Al-Banteniy
Maqolah dari Abu Bakar ash-Shiddiq
tentang penafsirannya terhadap firman Alloh :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
"Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut …" (QS Ar-Rum,[31] : 41)
Abu Bakar mengomentari ayat tersebut :
اَلْبَرُّ هُوَ
اللِّسَانُ, وَ الْبَحْرُ هَوَ الْقَلْبُ فَإِذَا فَسَدَ اللِّسَانُ بَكَتْ
عَلَيْهِ النُّفُوْسُ وَإِذَا فَسَدَ الْقَلْبُ بَكَتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ
"Daratan adalah lidah, sedangkan
lautan adalah hati. Jika lidah rusak maka orang-orang sama menangisinya, dan
jika hati yang rusak maka para malaikat yang menangisinya"
Rusaknya lisan misalnya dengan memaki,
dan rusaknya hati misalnya dengan riya', (memamerkan
amalnya).
Ada yang mengatakan, diantara hikmahnya
lidah orang itu tidak banyak tapi cukup "satu" adalah
agar ia selalu ingat, bahwa tidak perlu banyak bicara, kecuali dalam masalah
yang penting dan baik.
Ada yang berpendapat lagi, sebuah lidah
yang mampu berbicara dengan berbagai macam logat dan bahasa itu seharusnya
hanya menuju Dzat Yang Maha Tunggal, yakni
Alloh SWT. Demikian pula hati yang diciptakan hanya satu buah. Hal ini
berbeda dengan "telinga" dan "mata" yang diciptakan lebih
dari satu buah. Semuanya ini terkandung suatu hikmah, bahwa keperluan untuk
mendengar dan melihat seharusnya lebih banyak dilakukan daripada keperluan
untuk berbicara.
Lautan ditafsirkan dengan hati,
disebabkan karena sama-sama sangat dalam dan terhampar luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar