A. PERSIAPAN PENGUBURAN
1. Sebelum jenazah diantar ke kuburan, perlu mempersiapkan liang kubur
terlebih dahulu. Ukuran panjang, lebar dan kedalamannya disesuaikan kondisi
adat setempat, diantaranya
- Panjangnya + sepanjang tubuh jenazah ditambah kira-kira
setengah meter;
- Lebar atau luasnya + 1 meter;
- Kedalamannya setinggi orang berdiri ditambah satu hasta
- Bentuknya ada dua macam :
a. Liang lahad. Liang kuburan dengan ukuran di atas, pada tembok
dinding bawah sebelah barat dilubangi, sekira cukup untuk membaringkan
jenazah. Atau tidak perlu dilubangi,
tetapi mayat disandarkan di tempok barat lalu ditutup papan kayu yang dipasang
miring ke timur.
b. Liang Syaq / liang cempuri. Liang kuburan dengan ukuran di
atas, pada bagian tengahnya ada lubang semacam parit, sekira cukup untuk
jenazah (+ selebar setengah meter).
2. Mempersiapkan segala
peralatan yang dibutuhkan untuk penguburan, seperti papan kayu dan semisalnya
(untuk penahan agar urukan tanah tidak langsung mengenai jenazah), kayu/batu
nisan, keranda / benduso, ambulan bila tempatnya jauh, dan lain-lain
B. TATACARA PENGUBURAN JENAZAH
1. Sesampainya di tempat pemakaman, keranda diletakkan di selatan liang
kubur dengan posisi kepala jenazah di utara dan kaki di selatan.
2. Ada 3 orang petugas yang turun lebih dahulu ke liang kubur untuk siap
menerima jenazah dengan posisi menghadap ke kiblat. Seorang siap bertugas
menerima pada bagian pundak dan kepala jenazah, seorang pada bagian tengahnya
(punggung dan pantat), dan seorang pada bagian kaki.
3. Kain penutup keranda dibuka dan dibentangkan di atas liang kubur.
kemudian beberapa orang mengangkat jenazah sambil membaca :
بِسْمِ
اللَّهِ وَ عَلَى مِلِّةِ رَسُوْلِ اللَّهِ
Sementara itu keranda segera disingkirkan, agar tidak mengganggu dan
merepotkan. Kemudian jenazah diturunkan secara hati-hati untuk dimasukkan dan
diberikan kepada ketiga orang petugas yang sudah berada didalam liang kubur.
Jenazah sunnah dimasukkan dari arah kaki kubur (dari arah selatan). Jika kesulitan, boleh dari
arah mana saja.
4. Ketiga orang petugas menerima jenazah dan menurunkannya ke dasar
liang sambil membaca ”بِسْمِ
اللَّهِ وَ عَلَى مِلِّةِ رَسُوْلِ اللَّهِ”. Jenazah terus dibaringkan pada lambung kanannya, dengan
posisi miring menghadap ke arah kiblat dan ditempelkan ke dinding kubur.
5. Tali-tali kafan yang ada dilepas, kemudian kain kafan yang menutupi
bagian pipi kanan jenazah disingkap, dan pipi kanan jenazah ditempelkan ke
tanah.
6. Di bagian belakang badan jenazah, mulai dari kepala, pundak,
punggung, sampai kaki sunnah disangga (diganjel, bhs. Jawa) dengan
beberapa butir bantal tanah (gelu, bhs Jawa) berjumlah ganjil (3, 5 atau
7 butir), agar jenazah tetap dalam posisi miring menghadap ke kiblat dan tidak
roboh / telentang.
Masing-masing Gelu atau bantalan tanah tersebut sebaiknya
terlebih dahulu dibacakan surat Al-Qodar sekali atau 7 kali, kemudian baru
dipakai untuk mengganjal. Hikmah pembacaan ini adalah agar mayit tidak disiksa
atau akan diperingan siksanya dalam kubur.
7. Sebelum ditutup papan dan diuruk dengan tanah, para ulama’
mensunnahkan untuk membacakan adzan dan iqomah.
8. Liang kubur ditutup dengan papan kayu atau penutup lainnya, agar
tubuhnya tidak langsung tertimbun tanah. Setelah itu baru diuruk tanah sampai
permukaan tanah dan sebaiknya ditinggikan lagi kira-kira sejengkal.
Pada saat pengurukan ini, orang-orang yang ada di pinggir liang
kubur disunnahkan mengambil tanah dengan kedua tangannya sebanyak 3
genggaman.
Genggaman 1 dibacakan : ”مِنْـهَا خَلَقْـنَاكُمْ” (Dari tanah ini, Kami
ciptakan kalian), lalu dilemparkan kedalam liang.
Genggaman 2 dibacakan : ”وَفِيْـهَا نُعِيْدُكُمْ” (Didalam tanah ini Kami mengembalikan kalian), lalu dilemparkan kedalam liang.
Genggaman ke-3 dibacakan : ”وَ مِنْـهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى” (Dan dari tanah ini, Kami akan membangkitkan kalian,
pada kesempatan yang lain). lalu dilemparkan kedalam liang.
Pasca Penguburan Jenazah :
Selesai pengurukan, disunnahkan melakukan :
1. Meletakkan di atasnya : pelepah kurma yang masih
segar, atau bunga/kembang yang masih basah, atau dedaunan dan tetumbuhan segar
lainnya.
2. Menyirami dengan air dingin, dan boleh juga
dengan air kembang. Hikmah dari penyiraman ini
antara lain agar tanahnya menjadi padat dan subur sehingga tetumbuhan akan
mudah tumbuh.
3. Memberi tanda misalnya berupa batu nisan,
maesan, patok, atau sejenisnya).
4. Bila jenazahnya sudah baligh, sunnah dibacakan talqin. Dalam hal ini petugas duduk di sebelah barat arah kepala jenazah dan
menghadap ke jenazah, lalu membacakan talqin. Sedangkan para pelayat yang hadir
disunnahkan dalam keadaan berdiri. Adapun teks talqin tersebut di bawah.
5. Selesai
pembacaan talqin, para pelayat, terutama dari pihak keluarga, sebaiknya tidak
langsung pulang, akan tetapi diam sebentar sekedar berdoa memohonkan ampunan
dan tatsbit (keteguhan hati dalam menghadapi malaikat Munkar dan Makir)
bagi jenazah,[1]
disamping membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, surat
Yasin, bacaan Tahlil dan kalimat thoyyibah lainnya.
[1]
) Dari Usman bin Affan, katanya : Adalah
Rosululloh ketika selesai penguburan jenazah, beliau berdiri di depan
(menghadap) makam, dan bersabda :
اِسْتَغْفِرُوْا
اللَّهَ لِأَخِيْكُمْ وَ سَلُوْا لَهُ
التَّـثْبِيْتَ فَإِنَّـهُ الْآنَ يُسْأَلُ
. (رواه أبو دَاود)
“Mohonkanlah pengampunan kepada Alloh untuk
saudara kalian ini dan mohonkanlah untuknya keteguhan, karena ia sekarang
ditanya” (HR Abu Dawud, Al-Hakim dan Al-Bazzar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar