Senin, 28 Mei 2018

Tatacara Memandikan Jenazah


                                     
Ada 4 kewajiban (kifayah) terhadap jenazah :
1). Memandikan,   
2) Mengkafani,   
3) Mensholati,  dan 
4) Menguburkan


A. BEBERAPA PERSOALAN YANG BERKAITAN DENGAN MEMANDIKAN JENAZAH

1.  Air yang digunakan memandikan jenazah adalah air yang suci mensucikan. Adapun batas minimal memandikan adalah menghilangkan najis dan membasuh dengan air suci seluruh anggota badan yang nampak, termasuk bagian dalam kulup orang yang belum dikhitan.
2. Memandikan jenazah tidak diwajibkan niat. Dengan demikian, sah hukumnya memandikan jenazah tanpa niat. Namun jika disertai dengan niat, itu lebih baik dan sunnah hukumnya.
3. Jenazah orang yang mati karena tenggelam wajib dimandikan lagi.
4. Orang yang boleh memandikan jenazah ialah orang yang sama jenis kelaminnya.
     Isteri boleh memandikan jenazah suaminya, dan suami boleh memandikan jenazah isterinya. Akan tetapi disunnahkan untuk tidak sampai menyentuh kulit jenazah tersebut
5.  Setelah jenazah dimandikan, ternyata masih ada najis yang keluar dari tubuhnya (misalnya kotoran, air kencing, darah, nanah dan sejenisnya), ia tidak wajib dimandikan ulang, akan tetapi cukup dibersihkan dari najis tersebut.
6. Jenazah yang sudah terlanjur dikubur, namun dalam keadaan belum dimandikan, kuburannya wajib digali dan jenazahnya diambil untuk dimandikan, dengan syarat jenazah tersebut belum rusak atau berubah baunya. Jika sudah rusak atau berbau, maka haram menggali kuburannya.
7. Memandikan jenazah disunnahkan di tempat yang tertutup dan beratap.
8. Jenazah yang wajib dimandikan adalah jenazah
a. orang Muslim
b. Bayi lahir yang terdapat tanda- tanda kehidupan, seperti: menangis, menetek atau bergerak.
c. Bayi keguguran
d. Jenazah yang didapati sebagian jasadnya
e. Janazah orang mati bukan karena syahid
9. Orang yang berhak memandikan jenazah adalah orang Islam.  Orang non Islam tidak berhak, karena memandikan jenazah adalah bernilai ibadah.


B. KRITERIA BAGI ORANG YANG MEMANDIKAN JENAZAH

Orang yang memandikan dianjurkan :
1. Amanah dan mengerti hukum-hukum memandikan jenazah.
2. Menjaga pandangannya, kecuali sekedar kebutuhan
3. Sebaiknya merahasiakan apa yang ia lihat.
4. Menutupi janazah dari pandangan manusia.
5. Menyebarkan kebaikan – kebaikan yang nampak.
6. Memandikan di tempat yang beratap/tertutup.
7. Apabila memerlukan tenaga bantuan hendaknya minta kepada orang yang berhak.
8. Orang-orang yang tidak berkepentingan makruh  untuk memandikan janazah.
9.  Mengasapi dengan kayu gaharu atau bau-bauan lain di dekat pemandiannya.
10.  Dimandikan dalam keadaan tertutup kain.
11.  Dimandikan dengan air dingin.
12.  Tidak melihat auratnya.
13.  Tidak menyentuh auratnya tanpa memakai sarung tangan.
14.  Hendaknya mandi setelah selesai memandikan


C.  PERSIAPAN MEMANDIKAN JENAZAH

1.  Sebaiknya janazah di letakkan pada balai-balai, sekelilling dan atasnya ditutup dengan tabir
2. Apabila keadaan janazah terputus-putus, maka bagian yang terputus dilekatkan atau disam-bung satu dengan yang lain.
3. Apabila bagian janazah ada yang terputus, seperti gigi atau rambut, maka harus dicuci dan dimasukkan dalam kafannya.
4. Orang yang memandikan janazah  sunnah mendudukkan janazah dengan pelan-pelan, dengan cara duduk condong ke belakang sambil meletakkan tangan kanannya pada pundak kiri  janazah sedang telapak tangan kanannya memegangi tengkuk  janazah agar kepalanya tidak lunglai dan menyandarkan punggung janazah pada lutut kanannya. Kemudian tangan kirinya menekan perut janazah agar sisa- sisa kotoran yang ada dalam perut keluar
5. Ketika perut janazah ditekan-tekan, dengan halus, hendaknya ada orang yang membantu:
a. Menyiramkan air ke tubuh janazah, agar kotoran yang keluar tidak mengotori badannya.
b. Memperbanyak pengasapan dengan kemenyan atau kayu gaharu agar janazah tidak bau.
c. Selanjutnya, janazah di tidurkan seperti sediakala
6.  Ketika akan memandikan, aurat janazah harus ditutupi. Akan tetapi jumhur ulama’ memper-bolehkan mayat dilepas pakaiannya agar lebih bersih dan terjaga dari najis.
7.  Sedang menurut madzhab Syafi’i sebaiknya janazah dimandikan dalam keadaan tertutup kain.
8. Tempat memandikan janazah posisi kepala lebih tinggi agar air cepat mengalir.
9.  Orang yang memandikan janazah sebaiknya menggunakan dua lembar sarung tangan,  satu lembar untuk membersihkan qubul dan dubur dan satu lembar lagi untuk menggosok seluruh tubuh.
10. Mempersiapkan tempat air yang dapat terhindar dari percikan yang mengotori atau menjadikan musta'mal.


D. TATACARA MEMANDIKAN JENAZAH

1. Jenazah dibawa masuk kedalam “kamar mandi buatan” dan dibaringkan di atas bangku, tempat tidur atau sejenisnya yang didesain sedemikian rupa, dengan tujuan  agar air siraman dapat mengalir dengan lancar ke bawah dan tidak menggenang.  Atau jenazah dipangku oleh tiga atau empat orang.
2. Tubuh jenazah disunnahkan dalam keadaan tertutup kain tipis, bukan dalam keadaan telanjang.
3.   Dalam posisi jenazah terbaring telentang, petugas membersihkan semua najis dan apa saja yang menghalangi sampainya air ke kulit jenazah.
4.   Petugas mendudukkan jenazah secara pelan, santun dan lembut dalam keadaan condong ke belakang, kemudian menekan dan mengurut-urut perutnya secara pelan dengan tangan kiri, agar sisa-sisa kotoran keluar dari dalam perut. Sementara itu, pembantunya menuangkan air ketika petugas membersihkan kotoran tersebut sampai bersih.
5.   Gigi jenazah disiwaki atau digosok dengan jari telunjuk kiri petugas yang terbalut kain, atau dengan sikat gigi, kayu arak, dan sejenisnya.
6. Demikian pula lubang hidung dan telinga juga perlu dibersihkan dari kotoran yang menempel, dengan menggunakan jari kelingking kiri petugas yang terbalut kain, atau dengan alat pembersih lainnya.
7. Bagian kepala dan jenggotnya dikeramasi dengan shampho, kemudian disisir secara halus dan perlahan agar rambut tidak rontok.
8.  Membersihkan kotoran pada kuku tangan dan kuku kaki.
9. Mengguyurkan air yang sudah dicampur dengan daun bidara ke tubuh jenazah dan sunnah disertai dengan niat memandikan jenazah.
  Lafazh niatnya :

نَوَيْتُ آدَاءَ الْغُسْلِ عَنْ هَذَا الْمَيِّتِ  / عَنْ هَذِهِ الْمَيِّتَةِ   لِلَّهِ تَعَالَى

 “Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala
Kemudian menggosok-gosok anggota badannya dengan menggunakan air sabun, mulai dari bagian leher sampai telapak kaki sebalah kanan, disusul anggota badan bagian depan sebelah kiri.
Kemudian jenazah dimiringkan dengan posisi menghadap petugas yang memandikan (lambung kiri berada di bawah), dan jangan sampai tengkurap.
Selanjutnya mengguyurkan air dicampur daun bidara atau sabun pada anggota badan bagian belakang sebelah kanan, mulai dari tengkuk sampai telapak kaki, sambil menggosok-gosok dan menyabuninya, kemudian disusul anggota badan sebelah kiri.
10. Mengguyurkan air jernih (tanpa campuran daun bidara/sabun) untuk membilas basuhan pertama, dimulai dari arah kepala sampai telapak kaki dengan cara seperti basuhan pertama di atas.

11. Mengguyurkan lagi seluruh tubuh jenazah dengan air yang dicampur sedikit kapur barus (yang sekiranya tidak sampai merubah status kemutlakan air).             
12. Mengulang basuhan/guyuran 3 atau 5 kali
13. Mewudlukan janazah Setelah semua selesai dikerjakan, dengan wudlu yang sempurna disertai  niat :

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ الْمَسْنُوْنَ لِهَـذَا الْمَيِّتِ  /   لِهَذِهِ الْمَيِّتَةِ  لِلَّهِ تَعَالَى                                          

Aku niat melakukan wudhu’ sunnah untuk jenazah ini karena Alloh Ta’ala
14. Mengeringkan janazah dengan handuk, kemudian ditutup dengan kain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teks Berbahasa Jawa Bacaan TALQIN Untuk Mayit

بسمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. لآاله الاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ ...